Saturday, March 13, 2010

Strategi Langgam

STRATEGI LANGGAM MENURUT Ra. WONDOAMISENO
1. Penempelan unsur rinupa Arsitektur Masa Lalu ( AML ) pada Arsitektur Masa Kini ( AMK ).
2. Elemen fisik AML menyatu di dalam AMK
3. Elemen fisik AML tidak terlihat jelas di dalam AMK
4. Ujud (sosok) AML mendominasi AMK
5. Ekspresi ujud (sosok) AML menyatu di dalam AMK

Strategi Langgam pada Pusat Penidikan Alam & Budaya (PPAB) KALIANDRA




Faktor strategi langgam yang berhubungan dengan studi obyek kasus ( Pusat Pendidikan Alam dan Budaya, Kaliandra ), yaitu :1. Elemen fisik AML menyatu di dalam AMK
2. Ujud (sosok) AML mendominasi AMK
Pembahasan :
Rumitnya Arsitektur Jawa, selain unsur-unsur dan ornamentasinya sering dianggap merepotkan oleh masyarakat jaman sekarang, begitu repotnya pula jika ingin melakukan re-intepretasi terhadap arsitektur Jawa. Namun hal ini tidak menjadi halangan bagi Bagoes untuk merancang Pusat Pendidikan Alam dan Budaya (PPAB) Kaliandra ini dengan sedemikian detailnya.
PPAB Kaliandra ini merupakan salah satu wadah bagi Khasanah Jawa Dengan dua wilayah utama, yaitu Kampoeng Bharatapura yang ada di bagian bawah yang berfungsi sebagai tempat penyambutan tamu dan yang kedua adalah kampoeng Hastinapura yang letaknya lebih tinggi yang diperuntukkan bagi tamu dengan level privasi dan layanan yang lebih tinggi. Kesan serba Jawa di sini, menjadi penting mengingat makin tersingkirnya budaya ini dalam hidup keseharian masyarakat modern. Mengingat pula, belum terlihat adanya upaya yang dengan sengaja mempertahankan ke-Jawa-an sebagai salah satu khasanah penting yang turut membentuk budaya nusantara.
Kaliandra sebagai pusat pendidikan alam dan budaya dengan tata pukal (massa)-nya yang mengambil susunan kampung Jawa tradisional, telah berhasil mengadopsi elemen fisik Arsitektur Masa Lalu (AML) yang menyatu di dalam Arsitektur Masa Kini (AMK). Hal ini nampak pada penggunaan atap joglo jawa pada Rumah Pedati, dimana pada bagian ujung-ujungnya terdapat ukiran khas jawa yang difungsikan sebagai ornamen dengan jumlah empat ukiran. Pada Pendopo Arjuna, atapnya tidak lagi menggunakan atap joglo jawa dengan empat buah ukiran di atasnya, melainkan telah berganti menggunakan atap joglo sumenep, dimana pada ujung-ujung atapnya berbentuk runcing atau meruncing, tanpa terdapat ukiran-ukiran seperti yang ada pada atap joglo sumenep. Perbedaan penggunaan bentuk atau model atap ini ditujukan untuk mengalihkan pandangan yang monoton dari keragaman budaya Jawa.




Tatanan massa masyarakat Jawa pada umumnya alun-alun berada tepat di depan bale desa atau sekarang disebut kantor dan di sekitarnya terdapat pemukiman penduduk, tempat ibadah dan lain sebagainya, biasanya tempat ibadah terletak di sebelah kanan dari alun-alun.



Pada Pendopo Arjuna ini terdapat elemen tiang penyangga atap joglo yang diadopsi dari peranan bangsa kolonial dalam proses kesejarahan arsitektur Jawa tradisional dan selain itu, juga terdapat Tlundakan ( portal yang diletakkan diambang bawah pintu ) yang berfungsi sebagai batas wilayah peralihan ruang menurut isyarat atau kepercayaan orang Jawa.
Pada wilayah Hastinapura juga didesain dengan serba Jawa, namun bangunan-bangunan yang ada pada wilayah ini lebih terkesan sedikit modern, mengingat wilayah Hastinapura merupakan wilayah yang diperuntukkan bagi para tamu yang menginginkan privasi serta pelayanan yang tinggi. Tatanan masa atau pukal yang ada pada wilayah ini ,tidak menghadap ke arah alun-alun, tetapi menghadap ke arah perkebunan. Penggunaan beberapa elemen alam yang menyatu pada arsitektur Jawa ternyata dapat menghasilkan sebuah tampilan etnik nan chic. Lihat saja kumpulan bangunan-bangunan penginapan yang ada di wilayah Hastinapura ini.
Wujud (sosok) arsitektur masa lalu ( bangunan rumah jawa ) begitu mendominasi bangunan penginapan di wilayah Hastinapura, Kaliandra ini ( sebagai salah satu bangunan arsitektur masa kini ). Atapnya tidak lagi menggunakan atap joglo, namun tetap menggunakan atap ciri khas masyarakat Jawa. Elemen dindingnya tidak semuanya menggunakan material kayu seperti pada rumah-rumah jawa pada umumnya. Bagoes sengaja menghadirkan aksen berbeda pada sisi bagian belakang dan samping bangunan dengan memberikan tempelan-tempelan ornamen dari batu bata yang diekspos, sehingga fasade dari bangunan tidak akan terkesan monoton dengan material kayu saja. Penambahan serambi dengan bentuk yang simpel pada bagian depan bangunan semakin menambah kesan tradisional jawa. Semua sisi bangunan diberi bukaan agar kenyamanan di dalam bangunan tetap terjaga dan permainan cahaya temaram yang nampak di malam hari membuat bangunan penginapan ini terkesan hangat.
Meskipun konsep dari PPAB Kaliandra ini adalah kembali ke kampung halaman, dengan serba-serbi tradisional jawa, namun kesan modern juga tetap terasa. Tidak hanya atap joglo jawa dan material kayu saja yang digunakan pada tiap bangunan di Kaliandra ini, berbagai macam atap joglo ( atap joglo jawa tengahan, kudusan, jawa timuran, sumenep dsb.) dan elemen material batu bata yang diekspos juga ikut andil di dalam fasade bangunan-bangunan di PPAB Kaliandra ini.

2 komentar:

ruamah tiara said...

kunjungan perdana........

interior arsitektur said...

wahhh...
lumayaan neeh bisa dibuat literatur....
mantabbb....

Post a Comment