- Langgam berpotensi untuk menunjukkan identitas lokalitas atau regionalitas sesuatu arsitektur.
- Langgam berpotensi untuk menunjukkan periodisasi dari kesejarahan arsitektur.
- Langgam berpotensi untuk menjadi faktor ’pengajeg’ dari upaya pengubahan tampilan arsitektur.
- Langgam berpotensi sebagai sumber gagasan atau tema dalam melakukan penghadiran dan pengaturan arsitektur.
Faktor potensi langgam yang berhubungan dengan Masjid Raya SUMBAR, yaitu :1. Langgam berpotensi untuk menunjukkan identitas lokalitas atau regionalitas suatu arsitektur.
2. Langgam berpotensi untuk menjadi faktor ’pengajeg’ upaya pengubahan tampilan arsitektur .
2. Langgam berpotensi untuk menjadi faktor ’pengajeg’ upaya pengubahan tampilan arsitektur .
Pembahasan :
Masjid Raya Mahligai Minang ini mengadopsi faktor potensi langgam yang telah disebutkan di atas. Dimana Langgam berpotensi untuk menunjukkan identitas lokalitas atau regionalitas suatu arsitektur, yang terlihat pada penggunaan bentuk atap rumah gadang sebagai ikon Minangkabau yang dioptimalkan bentuknya sangat berpotensi secara fleksibel dan tidak hanya sebagai tempelan semata, mengingat pula Masjid Minang ini berlokasi di Padang ( Ibukota Prov. SUMBAR ) dimana di kota Padang ini juga memiliki rumah gadang sebagai ikon rumah adatnya. Selain bentuk atap rumah gadang, pakaian adat minang juga menjadi inspirasi arsitektur Masjid ini.
Masjid Minang yang berlokasi di Padang ini, selain berhasil memunculkan identitas lokalitas atau regionalitas arsitektur di kota Padang, SUMBAR, ternyata juga telah berhasil berpotensi untuk menjadi faktor ’pengajeg’ upaya pengubahan tampilan arsitektur ( tampilan baru dari sebuah masjid di kota Padang ). Kubah (dome) yang dewasa ini identik dengan arsitektur masjid di Indonesia sengaja tidak dijadikan elemen atap sebagai upaya meluruskan persepsi sejarah masjid yang umumnya melekat di benak masyarakat bahwa elemen kubah pada dasarnya tidak hanya digunakan di masjid tetapi juga banyak dipakai pada gereja-gereja di Rusia dan Eropa Timur bahkan di Vatikan. Sebaliknya sejarah masuknya Islam di Indonesia tidak ditandai dengan menjamurnya bangunan berkubah di kerajaan-kerajaan pra-Islam, melainkan melalui asimilasi budaya lokal dengan nilai-nilai universal Islam yang hasilnya dapat terlihat pada banyaknya bangunan masjid yang didominasi oleh bentuk arsitektur lokal ( Masjid Demak, Masjid Kanoman di Cirebon, Masjid Raya Kudus dan lain sebagainya ). Terpilihnya rancangan ini menunjukkan sudah berkembangnya wawasan internasional masyarakat Minang mengenai pengetahuan arsitektur Masjid yang tidak melulu terjebak dalam bentuk-bentuk yang seolah-olah ‘mentimurtengahkan dunia’ dengan arsitektur Arab, tetapi lebih mencoba berorientasi pada penerjemahan kreatif tentang nilai-nilai dasar Islam itu sendiri dengan adat-istiadat mereka.
Transformasi bentuk gonjong yang menghadirkan bentuk silhouette( outline ) rumah gadang, tidak hanya merupakan refleksi logis kebutuhan fungsinya, tetapi juga menandakan zamannya ters endiri di era sekarang ini.
0 komentar:
Post a Comment